Sebenarnya sekarang adalah pekan
UAS. Dan pendirian saya, pekan UAS seperti ini haram hukumnya untuk
ngelakuin hal yang tidak bermanfaat. Misalnya nih, shopping, nonton film
di bioskop (kalo ada yang ngajak juga sih) atau di laptop, jalan-jalan,
ataupun bersemedi lama di toilet (hobi dari beberapa orang, hanya
beberapa, bukan semua). Tapi, dikarenakan pekan UAS-nya menurut saya
sangat tidak efektif, tiba-tiba ada dosen yang ngebatalin pertemuan
kelas dan diganti hari lain yang membuat saya "Errgh" ini, akhirnya saya
memutuskan untuk menonton film. Di bioskop? Bukan, di laptop (ketara
banget nggak ada yang ngajak nonton).
By the way, ada yang mau ngajak saya nonton? Saya siap lahir batin :D
Setelah
berputar-putar menjelajahi folder film yang ada di laptop saya,
akhirnya tangan saya menghentikan gerak mouse dan mengklik tepat pada
film yang berjudul "Rectoverso | Cinta yang tak Terucap"
film omnibus
atau antologi Indonesia bernuansa cinta yang dirilis pada 14 Februari
2013 ini diadaptasi dari novel karya penulis terkenal yang sangat
dikagumi oleh salah satu sahabat saya Nadiyah, Dewi "Dee" Lestari.
Cerita
sedikit tentang Nadiyah yang sangat menyukai buku-buku karya penyanyi
sekaligus penulis, "Dee", dia selalu dengan antusiasnya cerita tentang
apa yang telah dia baca dari buku-buku karangan "Dee" tersebut.
Dengan
mata yang berbinar, berbeda dengan saya, pendengar yang hanya
meng-iya-kan apapun yang dia ceritakan. Namun, setelah dia bosan
menceritakan apa yang telah dia baca, dia menyuruhku untuk membaca
sendiri buku karya "Dee". "Kalo buku yang ini sih, masih bacaan ringan."
kata Nadiyah ketika menyodorkanku buku dengan judul "Perahu Kertas".
Saat saya baca, memang benar. Dengan ketelitiannya menceritakan setiap
karakter yang ada dalam cerita, alur cerita yang runtun dan penuh dengan
teka-teki dibaliknya. Akhirnya, 'penyakit' Nadiyah itu menular ke saya.
Kembali
ke film Rectoverso. Sebenarnya film ini udah lama tayang di bioskop.
Dikarenakan waktu itu saya masih di Banyuwangi, dan disana bioskop hanya
ada satu-satunya, itupun bioskopnya terpaksa ditutup gara-gara lebih
sering dibuat mesum daripada dibuat nonton film. Yang salah siapa?
Uapiiiik, rek! Ojo ndelok lak nggak pingin nangis (klik google translate untuk mengetahui artinya).
Dalam
satu film ada 5 alur yang berbeda, Malaikat Juga Tahu, Cicak-cicak di
Dinding, Hanya Isyarat, Firasat, dan Curhat buat Sahabat. Kalau pingin
tau sinopsisnya, baca aja Rectoverso Film .
Iki lho sing nggarai aku nangis, rek :'(
Nonton dulu, baru tahu maksudnya ini apa.
Selain
klimaksnya keren, ditunjang sama suara Glenn Fredly dengan "Malaikat
Juga Tahu"-nya, nambah suasana jadi kayak
sesuatu-yang-tak-bisa-saya-ungkapkan *halah opo seh*. Bagi yang udah
nonton filmnya, setuju nggak kalau aku bilang ini The Best Omnibus Movie
Ever? Dan bagi yang belum nonton, aku saranin nonton deh. Dan aku yakin
semua orang memiliki cerita yang dimana dia memendam cintanya untuk
seseorang. Hanya memendam.
Selamat Menyaksikan dan Selamat Menghabiskan Tissue di Rumah ;)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar