“Ayo Afi! Nanti kita ketinggalan bus pariwisatanya.” seru
Umi Afi yang berada di dalam taxi
“Iya Umi. Ini kopernya susah diangkat.” jawabnya dari teras
rumah. Dengan usaha yang maksimal Afi si gadis berjilbab berhasil mengangkat
kopernya dan dimasukkan ke dalam bagasi mobil taxi. Bergegas dia masuk ke dalam
taxi dan ditutupnya pintu mobil tersebut. Taxi yang berisi enam orang itu pun
berangkat menuju sekolah Abah Afi yang liburan ini mengadakan rekreasi.
21:00
Afi dan Umi yang ditemani oleh keluarga besar SMK Boscha
menunggu datangnya bus pariwisata di samping kantor satpam. Afi yang duduk
dengan bangku kayu panjang mulai merasakan kantuk.
“Ini busnya kok belum dateng-dateng ya, Mi? Nggak tau orang
lagi ngantuk apa. Hoaam…” dengan menguap Afi protes kepada uminya.
“Ya mana umi tau. Tunggu aja, sabar dong. Kayak adik-adik
kamu tuh nggak ngeluh.”
“Ila sama Ijul kan masi kecil, Mi. Lagian mereka ada
temennya tuh banyak anak kecil-kecil.”
“Yaudah, kamu cari temen aja sana. Barangkali ada yang
sepantaran sama kamu.” Mendapat pencerahan dari uminya, Afi pun beranjak untuk
mencari teman. Dengan badan yang dibalut jaket dan jilbab di kepalanya, Afi
berjalan menuju gerbang dengan memeluk boneka SpongBob Squarepants-nya.
Baru
beberapa langkah, dia melihat sosok cowok yang sudah tak asing lagi. Namun
karena hanya lampu jalan yang menyinari, tampak samar-samar wajah cowok
tersebut. Dia ingin mendekati, tapi gagal karena bus pariwisatanya sudah datang
dan memaksa dia untuk membantu keluarganya membawa barang-barang. Afi kebagian
membawa kopernya dan tas kecil yang digantungkan di pundaknya.
Saat dia terseok membawa koper yang menurutnya berat itu,
kembali tampak sosok cowok yang terlihat tadi sedang berbincang dengan seorang
ibu. Saat dia berjalan mendekati, dia tampak kaget dan tak menyangka hal ini
akan terjadi.
“Hey, Fi!” sapa cowok tersebut. “Uh… ehh… iya, Ja.” dengan
gugup dia menjawab. Tampak senyum dari bibir yang ternyata Eja. senyum yang
setiap hari mewarnai hari-hari Afi di kelasnya.
“Yaudah, duluan ya, Ja. Mari, Buk.”
“Oh, iya, Nak.” Ibu itu menjawab. Dan Eja hanya membalas
dengan senyuman
Tepat
pukul 21.30 bus pariwisata yang berjumlah 5 bus berangkat menuju Surabaya. Afi
yang menempati bus nomor 1 beserta keluarganya mulai menikmati perjalanannya.
Namun tak lama kemudian bus yang ditumpangi Afi berhenti di sebuah terminal bus
pariwisata.
“Kak Afi, ini kenapa berhenti busnya?” tanya Ila adik
bungsunya. “Nggak tau, La.” Jawabnya. Namun tak lama kemudian banyak orang yang
masuk ke dalam bus 1. Ada yang bilang bahwa bus 5 macet dan penumpangnya
dipindah untuk sementara di bus 1. Agak menyebalkan sebenarnya, disaat kantuk melanda banyak banget orang-orang berdesakan masuk. Tapi perasaan kesal itu hilang setelah Afi menyadari bahwa pemandangan diluar tempat bus itu berhenti sangat indah. Terlihat dari jendela sebuah lembah yang diramaikan lampu yang berkelap kelip bersaing dengan indahnya sinar rembulan dan bintang yang tak mau kalah memamerkan cahayanya. Namun kekaguman itupun sirna setelah sopir bus menginjak gas yang membuat bus itu berjalan meninggalkan tempat yang membuat Afi tertegun dan selalu berkata "Subhanallah". Bus yang awalnya ramai dengan obrolan orang-orang lama kelamaan menjadi sepi
karena penumpangnya sudah terlelap.
Bus
berhenti lagi waktu pukul 03.00. dan mendapat kabar bahwa ada bus 6 yang akan
mengganti bus 5. Para penumpang dari bus 5 pun satu persatu menuruni bus.
Namun, Afi yang terbangun masih tetap dalam keadaan mengantuk. Pada saat banyak
orang yang turun, tiba-tiba Afi melihat sosok yang sangat dia kenal. Ya, Eja!
“Eh, Afi?” sapa Eja dengan senyumnya.
”Lho, Eja?” Afi yang masih ngantuk dikagetkan dengan adanya Eja yang ternyata 1 bus dengan dia.
“Duluan ya, Fi?”
“Iya, Ja.” Afi tak tahu apa yang harus dia katakan. Dia
sangat senang. Perasaan itu muncul kembali. Degupan kencang yang menghiasi keadaan ketika Afi bertemu Eja. Dia melihat ke luar jendela, Eja yang sedang memegang handphone
akan memasuki bus 6. “Yah, dia sms-an.” batin Afi dengan bibirnya yang menandakan sebuah kekecewaan. Tiba-tiba handphone Afi
bergetar. Dan ada satu sms. Dibukanya sms itu.
Eja : gk nyangka ya kita 1 bus :)
Dia tersenyum dapat sms dari Eja. Dia membalasnya.
Afi : Iya :)
Eja : Pdhl udh drtd aku dsn. Yaudah, aku tdr dl
ya. Ngantuk.
Afi : Oke, night.
Eja : :)
Afi memang memiliki perasaan
terpendam terhadap Eja. Eja adalah temen sekelas Afi. Dia cowok yang manis,
pintar, polos, dan sifatnya yang rajin akan bersujud kepada Allah itulah nilai plus dari seorang Eja. Biasanya Afi bersama dua temannya selalu
sholat Dhuha di musholla sekolah, dan dia selalu bertemu Eja.
Sejak saat itu, Afi mengetahui tentang perasaannya. Dia tidak
suka dengan Eja. Dia tidak mengagumi Eja. Melainkan perasaan yang lebih dari
itu. Perasaan yang setiap orang miliki saat menemukan sesuatu yang mengganjal
saat bertemu. Ya, saat bertemu.
Afi mengetahui perasaan itu ketika dia bertemu Eja. Dia
selalu memalingkan wajah atau menundukkan kepala saat bertemu dengan Eja.
Itulah yang akan dilakukan seseorang ketika dia bertemu dengan seseorang yang
spesial di hatinya. Karena kecanggungan tidak akan muncul jika dua insan tidak
terdapat hubungan dan perasaan apa-apa. Dan yang terpenting lagi, memang sudah
sifat Afi jika dia mencintai seseorang dia takkan bisa berbicara layaknya
berbicara kepada orang lain. Itulah sifat yang Afi sadari saat akan berbicara
dan bertemu dengan Eja.